Minggu, 06 April 2014

Tes – Tes untuk Populasi khusus


Tes – Tes untuk Populasi khusus
            Tes ini dikembangkan untuk orang-orang yang tidak bisa diuji dengan menggunakan cara-cara yang biasa. Tes ini dilaksanakan secara individual.
Jenis-jenis tes populasi khusus:
1.      Tes-tes  untuk tingkat bayi dan tingkat prasekolah
2.      Tes-tes yang digunakan untuk penaksiran komprehensif atas orang-orang yang mentalnya terbelakang
3.      Tes-tes untuk orang dengan aneka ragam kekurangan indrawi dan motorik
4.      Tes-tes yang dirancang untuk digunakan melintasi berbagai kultur atau subkultur

1.      Tes-tes  untuk tingkat bayi dan tingkat prasekolah
Kebanyakan tes untuk anak-anak dibawah umur 6 tahun adalah tes kinerja atau tes lisan. Sedikit tes saja yang menuntut pemakaian dasar kertas dan pensil. Dalam jenis tes ini dibagi menjadi 2 tahapan yaitu lima tahun pertama masa bayi dan masa prasekolah.
Tes yang tersusun dengan amat baik untuk tingkat usia paling dini adalah skala Bayley untuk perkembangan bayi. Skala-skala Bayley-II memberikan tiga alat komplementer untuk menilai status perkembangan anak di antara usia 1 bulan-31/2 tahun adalah:
a.      Mental scale
Skala mental ini dapat diamati melalui ketajaman sensorik dan perceptual, memori, proses belajar, pemecahan masalah, voklaisasi, permulaan komunikasi, verbal dan pemikiran abstrak yang mendasar
b.      Motor scale
Skala ini melalui pengukuran kemampuan motorik misalnya duduk, berdiri, berjalan dan menaiki tangga, seperti halnya juga keterampilan manipulasi tangan dan jari
c.       Behavior rating scale
Skala ini melalui perkembangan kepribadian seperti perilaku emosional dan social, ketekunan dan keterarahan pada sasaran.
Skala-skala McCarthy untuk kemampuan anak-anak pada tingkat prasekolah, skala ini dikenal dengan McCharthy scales of childrens abilities (MSCA-McCarthy, 1972) yang sesuai bagi anak-anak berumur antara 2 ½ dan 8 ½ tahun. Skala ini terdiri dari 18 tes, tes-tes ini dikelompokkan ke dalam 6 skala:
1.      Verbal
2.      Kinerja-perseptual
3.      Kuantitatif
4.      Kognitif umum
5.      Memori
6.      Motor

2.      Skala-skala Piagetian

Skala Piagetian itu mengandaikan urutan seragam dari perkembangan melalui tahap-tahap berurutan. Untuk memberikan kerangka teoritis yang berfokus pada urutan perkembangan dalam proses berpikir dan prosedur penaksiran yang dicirikan oleh kelenturan dan interpretasi kualitatif.
Tes tersebut dapat diklarisifikasikan kedalam dua kategori:
a.      Skala-skala ordinal untuk bayi
b.       Tugas-tugas yang dirancang untuk menilai pencapaian tahap-tahap praoperasional, konkret operasional dan formal operasional


3.      Mengetes penyandang cacat jasmani
Tiga kategori utama yaitu:

a.      Kerusakan pendengaran
Pengetesan anak-anak tuna rungu adalah sasaran primer dalam pengembangan skala kinerja paling awal, seperti Pinther-Patherson Performance Scale dan Arthur Performance Scale. WISC-R Performance Scale merupakan tes inteligensi yang digunakan untuk anak-anak dengan kerusakan pendengaran.
b.      Penglihatan
Tes-tes lisan bisa dengan mudah digunakan untuk tunanetra. Selain tes lisan, teknik pengetesan lainnya yang sesuai adalah tape recorder. Tes College Board Scholastic Assesment Test (SAT) juga tersedia dalam huruf braille. Tes inteligensi umum yang telah diadaptasi untuk para tunanetra adalah tes Binet. Untuk anak-anak kerusakan penglihatan dapat menggunakan tes terbaik yaitu Learning Aptitude Test (BLAT), adalah tes yang diselenggarakan secara individual, yang memasukkan soal-soal yang diadaptasi dari tes-tes lain, misalnya Ravens’s Progressive Matrices, dan soal-soal nonverbal lain, serta mempresentasikannya dalam suatu formal yang timbul.
c.       Motorik
Ketidakmampuan motorik yang parah ditemukan diantara orang-orang dengan cerebral palsy. Berbagai tes pada awalnya dirancang untuk digunakan dalam pengetesan silang budaya, juga dapat diterapkan pada orang-orang yang tidak mampu secara motorik.
 Leiter Internasional Performance Scale dan Porteus Mazes, sesuai untuk anak-anak dengan cerebral palsy. Jenis tes lain yang memungkinkan adalah tes kosakata bergambar dan tes Peabody Picture Vocabulary Test yang terdiri dari rangkaian 175 piringan yang masing-masing terdiri dari empat gambar

d.      Pengetesan multicultural
Pendekatan pada pengetesan lintas budaya:
·         Pendekatan pertama
            Menyangkut pilihan soal yang umum bagi banyak budaya yang berbeda dan validasi tes yang dihasilkan menurut kriteria local dalam banyak budaya yang berbeda
·         Pendekatan kedua
            Mengembangkan tes dalam satu budaya dan menjalankan untuk orang dengan latar belakang budaya yang berbeda. Yang bisa dipastikan dengan pendekatan ini adalah jarak cultural antar kelompok-kelompok dan juga derajat akulturasi seseorang serta kesiapannya untuk aktivitas pendidikan dan pekerjaan yang spesifik untuk budaya tertentu
·         Pendekatan ketiga
Berbagai tes yang berbeda (adaptasi substansial tes-tes yang ada) bisa dikembangkan dalam budaya, divalidasikan menurut kriteria local dan digunakan hanya dalam budaya yang sesuai.

            Tiap tes diterapkan hanya dalam budaya dimana tes itu dikembangkan dan tak diusahakan perbandingan lintas budaya apapun.

Daftar pustaka:
Anastasi, Anne & Urbina, Susana. (2007). Tes Psikologi (edisi ketujuh). Jakarta: PT. Indeks



2 komentar:

  1. Psikologi Dipandang Empiris
    Lalu di kritik oleh

    1. Aliran Struktualisme (Wilhem Wundt  Laap. Lepzig = menekankan struktur jiwa)
    a. Cattel (1963)
    Membahas tentang IQ dibagi menjadi Fluid (inteligensi biologis) dan Crystalize (pengalaman lingkungan).
    b. Spearmen (1927)
    Membahas tentang IQ terdapat dua faktor yaitu G faktor (given/genetika) dan faktor S (dominan/spesifik).
    c. Raven (1945)
    Memperbarui kembali teori G factor dan bebaas budaya

    2. Aliran Fungsionalisme ( E. L . Thorndike  menekankan pada fungsi – funsi elemen penyusun jiwa
    a. Thurstone (1938)
    “Inteligensi itu terpisah”
    b. Binnet & Simon (Mental Age)
    IQ = MA/CA * 100
    MA = Mental Age
    CA = Cronological Age
    c. Gardner
    Terdapat 8 faktor dalam inteligensi ( matematis, spasial, interpersonal dst)
    d. Stenberg (1986)
    Mengukur Spesifikator
    e. Wechsler (1956)
    Mengukur S faktor

    Bagaimana bila terjadi perbedaan hasil tes inteligensi antara tes CFIT dan Tes TKD?
    Itu di karenakan:
    - Adsministrasi = persiapan dan penyajian tes
    - Belajar = ada pembelajaran dari tes yg pernah diikuti sebelumnya
    - Alat test = reliabilitas dan validitas terhadap alat ukur

    BalasHapus
  2. PlayAmo Casino Hotel - Mapyro
    PlayAmo is 화성 출장마사지 a Casino Hotel 충청북도 출장마사지 in Oklahoma. Find reviews, photos and ratings for the Hotel in 안성 출장마사지 Livingston, 익산 출장안마 OK. Rating: 3.7 · ‎9 부산광역 출장샵 votes

    BalasHapus