Kamis, 26 Juni 2014

teknik wawancara









a)      Definisi Wawancara
Menurut Kerlinger (dalam Basuki, 2006) mengutarakan bahwa wawancara merupakan situasi peran antar pribadi berhadapan muka (face to face) ketika seseorang yakni pewawancara mengajukan pertanyaan – pertanyaan yang dirancang untuk memperoleh jawaban-jawaban yang relefan dengan masalah penelitian pada seseorang yang diwawancarai atau informan.
Wawancara menurut Kartono adalah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu, ini merupakan proses tanya jawab lisan, dimana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik (dalam Basuki, 2006). Sedangkan menurut Denzin & Lincoln (dalam Basuki, 2006) wawancara merupakan suatu percakapan, seni tanya jawab dan mendengarkan. Ini bukan merupakan suatu alat yang netral, pewawancara menciptakan situasi tanya jawab yang nyata.
Menurut Gulo (2000) wawancara adalah bentuk komunikasi langsung antara peneliti dan responden. Dalam wawancara, komunikasi berlangsung dalam bentuk tanya jawab dan biasanya peneliti dan responden berhadapan langsung atau tatap muka, sehingga gerak dan mimik responden merupakan pola media yang melengkapi kata-kata secara verbal. Dengan
demikian selama berlangsungnya wawancara, peneliti tidak hanya menangkap pemahaman dan ide, tetapi dapat pula menangkap hal–hal yang tersirat, seperti emosi dan motif .
Wawancara adalah suatu percakapan tahap muka dengan tujuan memperoleh informasi faktual untuk menaksir atau menilai kepribadian seseorang atau dipakai untuk maksud-maksud bimbingan atau terapis (Chaplin, 2000).
Wawancara menurut Narbuko (2002) yaitu proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan dalam mana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi–informasi atau keterangan–keterangan. Sedangkan menurut Banister (dalam Poerwandari, 2001) mengatakan bahwa wawancara adalah percakapan dan tanya jawab yang diarahkan mencapai tujuan tertentu. Wawancara kualitatif dilakukan untuk memperoleh pengetahuan tentang makna–makna subjektif yang dipahami individu berkenaan dengan topik yang diteliti dan dalam upaya melakukan eksplorasi terhadap isu tersebut. 

Menurut Sundberg (1977) wawancara adalah “interview is a sharing of perspectives and information between two people metting together”. Jadi dalam wawancara akan terjadi pertukaran pandangan dan informasi antara dua orang yang bertemu.
 


Kesimpulan dari beberapa tokoh diatas yaitu wawancara adalah metode pengumpulan data dengan mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secra lisan pula. Jadi, wawancara merupakan bentuk komunikasi langsung antara peneliti dan responden, peneliti dapat mengamati perilaku responden saat wawancara berlangsung. Setiap percakapan dan tanya jawab diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu (Basuki, 2006).
b)      Jenis-Jenis Wawancara
Secara umum ada tiga pendekatan dalam memperoleh data kualitatif melalui wawancara (Patton dalam Poerwandari, 1998) antara lain :
1)      Wawancara Konvensional Informal
Proses wawancara didasarkan sepenuhnya pada berkembangnya pertanyaan-pertanyaan secara spontan dalam interaksi alamiah. Tipe wawancara demikian umumnya dilakukan peneliti yang melakukan observasi parsipasif. Dengan demikian, orang-orang yang diajak berbicara mungkin tidak menyadari bahwa ia sedang di wawancarai secara sistematis untuk menggali data.
2)      Wawancara Pedoman Umum
Dalam proses wawancara ini, peneliti dilengkapi dengan pedoman wawancara yang sangat umum, yang menentukan isu-isu yang harus diliput tanpa menentukan urutan pertanyaan, bahwa mungkin tanpa bentuk pertanyaan eksplisit. Pedoman wawancara digunakan untuk mengingatkan peneliti mengenai aspek-aspek yang harus dibahas sekaligus menjadi daftar pengecekan (checklist) apakah aspek-aspek relevan tersebut telah dibahas atau ditanyakan. Dengan pedoman yang demikian, peneliti harus memikirkan bagaimana pertanyaan tersebut dapat dijabarkan secara kongkrit dalam kalimat pertanyaan, sekaligus menyesuaikan dengan konteks aktual saat wawancara berlangsung.
3)      Wawancara Berstruktur (Pedoman Terstandar yang Terbuka) Dalam bentuk wawancara ini, pedoman wawancara ditulis secara rinci, lengkap dengan set pertanyaan dan penjabarannya dalam kalimat. Peneliti diharapkan dapat melaksanakan wawancara sesuai konsekuensi yang tercantum, serta menanyakan dengan cara yang sama dengan responden yang berbeda. Keluwesan dalam menjalani jawaban terbatas, tergantung pada sifat wawancara dan keterampilan peneliti. Bentuk ini akan efektif dilakukan bila penelitian melibatkan banyak pewawancara, sehingga peneliti perlu mengadministrasikan upaya-upaya tertentu untuk meminimalkan variasi sekaligus mengambil langkah-langkah menyeragaman pendekatan tersebut terhadap subjek.
Menurut Narbuko (2002) prosedur wawancara dibagi atas tiga macam, yaitu :
a)      Wawancara Bebas (Wawancara Tak Terpimpin)
Proses wawancara dimana interviewer tidak secara sengaja mengarahkan tanya jawab pada pokok – pokok persoalan dari fokus penelitian dan interviewer (orang yang diwawancarai).
b)      Wawancara Terpimpin
Disebut dengan interviewer guide. Controlled interviewer atau Structured interview  yaitu wawancara yang menggunakan panduan  pokok– pokok masalah yang diteliti.
c)      Wawancara Bebas Terpimpin
Merupakan kombinasi antara wawancara bebas dan terpimpin. Jadi, pewawancara hanya membuat pokok–pokok masalah yang akan diteliti, selanjutnya dalam proses wawancara berlangsung mengikuti situasi pewawancara harus pandai mengarahkan yang diwawancarai apabila ternyata ia menyimpang.

Sedangkan menurut Narbuko (2002), sasaran penjawabnya wawancara terbagi atas dua macam, yaitu :
a)      Wawancara Perorangan adalah apabila proses tanya jawab tatap muka itu berlangsung secara langsung antara pewawancara dengan seseorang yang diwawancarai.
b)      Wawancara Berkelompok adalah apabila proses interview itu  berlangsung sekaligus dua orang pewawancara atau lebih menghadapi dua orang atau lebih yang diwawancarai.

Menurut (Poerwandari,2001) sebuah wawancara dikatakan ilmiah bila telah memenuhi beberapa persyaratan seperti :
1.      Sebelum wawancara dilakukan, pewawancara harus sudah tahu akan hal–hal apa yang hendak ditanyakannya.
2.      Menciptakan hubungan baik (rapport) guna menghilangkan kecemasan dan membangkitkan keinginannya untuk bekerjasama.
3.      Peneliti atau wawancara harus waspada terhadap saat–saat kritis, dimana  responden mengalami kesulitan untuk memberi jawaban.
4.      Setelah wawancara selesai usahakan agar responden tidak merasa “habis manis sepah dibuang”. 


Jika dilihat dar tujuannya, wawancara dapat dibedakan menjadi 3 macam wawancara, ialah sebagai berikut:
1.      Wawancara untuk aplikasi organisasi dan industry (personal interview). Misalnya, wawancara dalam seleksi calon karyawan pabrik.
2.      Wawancara untuk aplikasi klinis (clinical interview). misalnya wawancara riwayat, keluhan dan riwayat hidup klien.
3.      Wawancara untuk aplikasi riset (research interview). Misalnya di bidang riset atau survey.
Sedangkan menurut bentuknya dapat digolongkan menjadi 3 macam yakni:
1.      Wawancara tak berstruktur atau bebas (non – structured interview) yaitu wawancara dimana arah pembicara sekehendak, tidak terbimbing ke sesuatu tema pokok tertentu.
2.      Wawancara berstruktur (structured interview) yaitu wawancara dimana hal – hal yang akan dibicarakan telah ditentukan terlebih dahulu
3.      Wawancara terarah merupakan synthese dari kedua bentuk wawancara yang telah dibicarakan diatas. Dimulai dengan bentuk tak berstruktur, selanjutnya diikuti oleh wawancara berstruktur.
Hal2 yg perlu dipertimbangkan dalam Interview:
1.      Timing
2.      Content of Interview
3.      Maner of response: opened response & closed response
4.      Feedback: paraphrasing & perception checking
Wawancara memiliki peran penting dalam psikodiagnostik sebagai metode untuk mendapatkan dan mencocokkan konstansi yang telah ditetapkan berdasar atas metode – metode lain. Terutama dalam keadaan – keadaan dimana diperlukan perlakuan secara individual, metode wawancara ini mempunyai peran yang sangat besar.
c. Kekurangan dan Kelebihan Teknik Wawancara
Menurut Poerwandari (2001) teknik wawancara memiliki kekurangan dan kelebihan, yaitu :
1). Kekurangan Teknik Wawancara
a)      Peneliti seakan-akan hanya mengkonsentrasikan diri pada jawaban dalam mengupayakan untuk menyalinnya.
b)      Apabila pengetahuannya dibidang penelitian sangat terbatas berakibat kurang pengembangan lebih lanjut, sehingga hasilnya kurang luas atau dalam.
c)      Dapat mempengaruhi psikologis pada responden, sehingga timbul kesan diperiksa atau dinterogasi.
2). Kelebihan Teknik Wawancara
a.      Dapat menghasilkan data yang cukup lengkap, karena saat iti dapat langsung dilakukannya.
b.      Suasana pembicaraan akan lebih mengena, sebagaimana pembicaraan sehari-hari tetapi terarah. 

daftar pustaka
www.scribd.com

http://www.gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/psychology/2009/Artikel_10501172.pdf

1 komentar:

  1. dari narasumber yang disebutkan, tidak ada bibliographi nya

    BalasHapus