Rabu, 28 Mei 2014

analisis film Hannibal



HANNIBAL
Film Hannibal adalah film sequel dalam beberapa film yang awalnya diceritakan dalam bentuk novel. Silence Of The Lambs (1991), Thriller Red Dragon (2001),  Hannibal (2006) dan Hannibal Rising (2007). Dalam Hannibal Rising lebih menceritakan bagaimana masa kecil Hannibal yang dapat mengubahnya menjadi julukan sebagai “cannibal”. Hannibal adalah seorang bocah laki-laki yang berusia delapan tahun di awal cerita yang bersetting tahun 1941 ini. Ia bersama keluarganya tinggal di istana Lecter di Lithuania, ketika Operasi Barbarossa, sebuah Invasi Hitler pada Uni Soviet, merubah wilayah Baltic menjadi ujung tanduk dari Perang Dunia kedua yang bagaikan lautan darah. Untuk menghindari menjadi salah satu korban perang, Lecter bersama dengan adiknya, Mischa, dan kedua orangtuanya melarikan diri ke sebuah pondok berburu di hutan untuk menghindari pasukan Jerman yang mulai maju mendekat ke daerah istana Lecter. Setelah tiga tahun peperangan yang menegangkan, Nazi akhirnya diusir keluar dari negara- negara yang sekarang dikuasai Uni Soviet. Selama usaha kemundurannyanya itu, para Nazi ini pun tak habis akal dan menghancurkan tank-tank Soviet yang terlihat di sepanjang jalan, termasuk salah satunya adalah tank yang tengah berhenti di pondok keluarga Lecter untuk sekedar meminta air. Ledakan yang dihasilkan oleh tank yang meledak itu pun membunuh setiap orang yang ada di pondok keluarga Lecter kecuali Hannibal dan Mischa, karena mereka berdua tetap berada di dalam rumah ketika tank tersebut diledakkan. Mereka berdua pun terus berusaha bertahan hidup di dalam pondok hingga enam tentara Lithuania, yang dipimpin oleh seorang kolaborator Nazi bernama Vladis Grutas, menyerang dan menjarah pondok tersebut. Gagal menemukan makanan satupun untuk mereka berenam, Kolaborator Nazi yang terbuang tersebut akhirnya membunuh dan memakan Mischa Lecter, sementara Hannibal Lecter mencoba untuk menolong adiknya namun ia di pukul oleh salah satu tentara tersebut hingga ia menjadi lemas dan pingsan, sebelumnya dengan pandangan kabur ia melihat bagaimana sang adik disiksa lalu dimakan oleh para tentara tersebut. Pada suatu ketika kediaman Lectur tersebut pun hancur oleh serangan peperangan pada saat itu. Salah satu dari anggota tentara tersebutpun mati sedangkan kelimanya kabur dan Hannibal pingsan. Kemudian ia ditemukan linglung oleh salah seorang kru tank Soviet. Ia Nampak bisu dan tidak dapat menjawab satupun pertanyaan dari kru tank Soviet tersebut, Hannibal pada akhirnya dibawa kembali ke Istana Lecter yang sekarang telah menjadi sebuah Panti Asuhan Soviet untuk anak - anak yang kehilangan kedua orang tuanya. Setiap malam ia selalu bermimpi bagaimana Mischa disiksa dan dibunuh, tidurnya pun menjadi tidak tenang setiap malam hingga ia beranjak dewasa. Di masa remaja Hanibal juga sudah terlihat menunjukan perilaku yang mudah tersinggung dan pemarah. Hal ini tampak ketika hanibal diledek oleh temannya dan kemudian ia menusukkan garpu ke tangan temannya. Hannibal kabur dari panti asuhan tersebut dan mencoba untuk menemui sanak keluarganya. Ia mencoba untuk menemui keluarganya namun ternyata sang paman telah meninggal, yang tersisa hanyalah istri dari sang paman, bibi Jepang-nya, Lady Murasaki, dan perlahan namun pasti mereka pun membangun sebuah hubungan yang spesial alih-alih romantis. Selama di Perancis, sebagai sosok yang pintar dan cerdas, Lecter kemudian berkembang dan mempelajari masalah kedokteran. Hingga di masa remajanya, Hannibal melakukan pembunuhan pertamanya dengan membunuh seorang tukang daging lokal yang menghina bibinya, Lady Murasaki. Inspektur Popil, seorang detektif Perancis yang juga kehilangan keluarganya karena perang seperti halnya Hannibal, menduga Hannibal lah yang melakukan pembunuhan terhadap tukang daging tersebut. Namun pada akhirnya Hannibal bisa lepas dari tuduhan tersebut dengan bantuan campur tangan Lady Murasaki. Lecter kemudian berusaha membagi waktunya antara sekolah kedokterannya di Perancis dan berburu mereka-mereka yang telah membunuh dan memakan adiknya, Mischa. Satu persatu, dia membuntuti Grutas dan keempat anak buahnya dan membunuh mereka dengan cara yang mengerikan.
Film Silence Of The Lambs (1991) menceritakan tentang Clarice Starling seorang agen FBI yang masih menjalani pendidikan di Academy FBI, mendapatkan tugas dari Jack Crawford Kepala Divisi Ilmu Prilaku untuk menyajikan questioner kepada psikiater forensic brilliant dan sosiopat kanibalistik Dr. Hannibal Lecter yang mendapatkan hukuman seumur hidup untuk serangkaian pembunuhan brutal dengan pengamanan no.1  di Baltimore State of the hospital for the criminally insane yang di pimpin oleh Dr. Frederick  Chilton. Maksud utama Crawford adalah untuk mencoba meminta bantuan Lecter untuk mengungkap pembunuhan berantai yang pelakunya dijuluki buffalo Bill yang modusnya adalah wanita dengan kelebihan berat badan, membuat korbannya kelaparan selama 3 atau 4 hari, kemudian membunuh dan mengulitinya kemudian membuang mayatnya di sungai terdekat. Pelaku di duga pasien Lecter yang sebelumnya adalah psikiater dan juga pelaku pembunuhan berantai yang sadis dan ada hubungan dengan Benjamin Raphail yang membunuh Klauss yang juga merupakan pasien Lecter. Starling membantu Crawford melakukan otopsi ketika korban ke enam Bill ditemukan di West Virgina, ini merupakan otopsi pertama bagi Starling. Starling menemukan pupa ngengat di tenggorokan korban, dan mendiskusikan dengan Lecter dengan harapan mendapat petunjuk untuk membekuk Buffalo Bill.
                Korban selanjutnya adalah Catherine Baker Martin, putri senator Ruth Martin yang diculik di depan apartemennya dan bajunya ditemukan di pinggir jalan. Starling di kirim ke Lecter untuk memberikan penawaran jika Lecter membantu menemukan Catherine maka dia akan di pindahkan ke rumah sakit jiwa dengan pemandangan yang indah. Lecter menanggapi penawaran itu. Dr. Chilton memberikan tawaran kepada Lecter untuk membantu mengungkap Buffalo Bill dan Lecter memanfaatkannya untuk kabur dan mempermainkan senator Martin. Senator Martin menganggap Jack Crawford kurang baik menangani kasus anaknya karena mengirim Starling yang masih dalam pendidikan. Pada akhirnya Starling dapat menyelamatkan Catherine dan menemukan Buffalo Bill yang ternyata adalah pembunuh Klaus kekasih dari Raphael yang merupakan pasien dari Dr. Hanibbal Lecter.

TEORI
1.       KEPRIBADIAN MENURUT ALBERT BANDURA

Albert Bandura (1925 – present)
Ò  Pikiran mempengaruhi perilaku dan pembelajaran
Ò  Ketika kita belajar kita akan merepresentasikan atau mentransformasikan pengalaman secara kognitif
Ò  Kepribadian à melibatkan interaksi satu orang dengan orang yang lainnya
Teori kognitif sosial menyatakan bahwa faktor sosial dan kognitif dan juga faktor perilaku, memainkan peran penting dalam pembelajaran. Albert Bandura adalah salah satu perancang utama teori kognitif sosial.
Ò  Dia mengatakan bahwa ketika murid belajar, mereka dapat mempresentasikan atau mentransformasi pengalaman mereka secara kognitif.
Ò  Pembelajaran ini juga dinamakan imitasi atau modelling yaitu pembelajaran yang dilakukan ketika seseorang mengamati dan meniru perilaku orang lain
Ò  Pembelajaran ini dapat terlihat dalam studi boneka Bobo klasik yang dilakukan oleh Bandura. Dalam eksperimennya Bandura mengilustrasikan bagaimana pembelajaran dapat dilakukan hanya dengan mengamati model yang bukan sebagai penguat atau penghukum
Ò  Model Resiprokal yang melibatkan tiga faktor utama; pribadi,lingkungan, dan tingkah laku
Menurut Bandura harus ada 4 persyaratan untuk dapat menirukan model dengan baik:
Ò  Attention atau perhatian terhadap perilaku yang akan menjadi dasar belajar.
Ò  Retention atau ingatan tentang gambaran perilaku yang pernah diamati untuk dieksploitasi bila ada kesempatan (kemudian).
Ò  Motivation untuk menghasilkan perilaku yang diamati.
Ò  Potential reproduction perilaku bersangkutan atau dengan perkataan lain seseorang harus dapat melakukan apa yang telah dilihatnya.
Ciri – ciri teori Pemodelan Bandura
1.       Unsur pembelajaran utama ialah pemerhatian dan peniruan
2.       Tingkah laku model boleh dipelajari melalui bahasa, teladan, nilai dan lain – lain
3.       Pelajar meniru suatu kemampuan dari kecakapan yang didemonstrasikan guru sebagai model
4.       Pelajar memperoleh kemampuan jika memperoleh kepuasan dan penguatan yang positif
5.       Proses pembelajaran meliputi perhatian, mengingat, peniruan, dengan tingkah laku atau timbal balik yang sesuai, diakhiri dengan penguatan yang positif
Jenis – jenis Peniruan (modelling)
. Peniruan Langsung
2. Peniruan Tak Langsung
3. Peniruan Gabungan
4. Peniruan Sesaat / seketika.
5. Peniruan Berkelanjutan

2.      Jenis – jenis Observasi
Pada dasarnya penggolongan jenis oservasi tidak dapat dibuat secara mutlak karena antara jenis-jenis observasi besar kemungkinan akan terjadi tumpang tindih. Namun, untuk memudahkan para ilmuwan dalam melakukan observasi, maka dibuatlah penggolongan tersebut. Perbedaan jenis-jenis observasi lebih terletak pada gradasinya saja. Berdasarkan prosedur dan pelaksanaannya, Pauline Young membagi observasi menjadi 2 jenis, yaitu:
1.       Controlled Observation (observasi terstruktur)
Controlled observation (Observasi terstruktur) adalah suatu observasi yang prosedur dan pelaksanannya sangat ketat dan biasanya dibantu dengan alat- alat yang peka, dan dalam lembar observasinya dipergunakan proses kontrol yang memungkinkan observasi untuk dilakukan kembali. Oleh karena itu lembar observasinya biasanya sangat terperinci dan rancangannya sangat kompleks. Selain itu, biasanya sebelum observasi sesungguhnya dilakukan, terlebih dahulu diadakan simulasi-simulasi

2.       Uncontrolled Observastion (observasi tidak terstruktur)
Uncontrolled observation (observasi tidak terstruktur) diartikan sebagai suatu proses observasi yang dilakukan secara spontan terhadap suatu gejala tertentu tanpa mempergunakan alat-alat yang peka atau pengontrolan kembali atas ketajaman hasil observasi tadi. Lembar observasi sebagai pedoman pelaksanaan pun dibuat sangat sederhana, hanya berisi garis besar pedoman tanpa suatu rancangan yang kompleks. Berdasarkan hubungan antara observer dan gejala yang diobservasi, baik observasi terstruktur maupun yang tidak terstruktur dapat dibedakan menjadi observasi partisipan dan observasi nonpartisipan. Pada observasi partisipan, observer terlibat dengan situasi/lingkungan dimana gejala terjadi. Jadi, tidak ada jarak antara observer dengan gejala yang diobservasi. Sedangkan pada observasi nonpartisipan, observer memperlakukan dan mempersiapkan dirinya sedemikian rupa sehingga dirinya benar-benar berada “di luar” atau tidak terlibat dalam situasi, lingkungan, dan gejala yang diamati.





ANALISIS
Bila dilihat kepribadian Hannibal melalui teori belajar Albert Bandura maka Hannibal menjadikan para penyiksa dan pembunuh adiknya adalah model baginya. Hanibal belajar merepresentasikan atau mentransformasikan pengalamannya secara kognitif.
Menurut Bandura harus ada 4 persyaratan untuk dapat menirukan model dengan baik:
Ò  Attention atau perhatian terhadap perilaku yang akan menjadi dasar belajar. (ia memberikan perhatian penuh dengan menggeluti untuk menjadi psikiater handal)
Ò  Retention atau ingatan tentang gambaran perilaku yang pernah diamati untuk dieksploitasi bila ada kesempatan (kemudian). = (ia mengingat kembali (selalu bermimpi setiap malamnya dan pada akhirnya ia meminum obat untuk mengingat semau yg telah terjadi dengan jelas) apa saja yang telah dilakukan para pembunuh adiknya, Mischa)
Ò  Motivation untuk menghasilkan perilaku yang diamati.  (ia bermotivasi untuk membunuh semua yang telah membunuh Mischa dengan cara yang sama dengan apa yang para pelaku pembunuhan tersebut lakukan)
Ò  Potential reproduction, perilaku bersangkutan atau dengan perkataan lain seseorang harus dapat melakukan apa yang telah dilihatnya (ia memulai perilaku tersebut dengan membunuh seorang pemotong daging yang telah menghina bibinya, Lady Murasaki)
Bila dilihat dari observasinya maka agen – agen yang datang pada Hannibal menggunakan observasi jenis terstruktur, dimana suatu observasi yang prosedur dan pelaksanannya sangat ketat dan biasanya dibantu dengan alat- alat yang peka, dan dalam lembar observasinya dipergunakan proses kontrol yang memungkinkan observasi untuk dilakukan kembali. Karena  Hannibal mengetahui bagaimana membalikkan dirinya menjadi observer pada para agen – agen yang datang padanya.

Sabtu, 17 Mei 2014

Teknik Observasi



TEORI OBSERVASI

A. Pengertian
                Menurut Pauline Young, observasi adalah suatu studi yang dilakukan dengan sengaja/terencana dan sistematis melalui penglihatan/pengamatan terhadap gejala-gejala spontan yang terjadi saat itu. Jakoda mendefinisikan observasi secara lebih luas namun lebih kabur, yaitu bahwa observasi adalah suatu cara yang paling dasar untuk mendapatkan informasi mengenai gejala - gejala sosial melalui proses pengamatan.
B. Kedudukan Observasi dalam Psikodiagnostik
Kedudukan observasi dalam psikodiagnostik berkaitan dengan proses penyelidikan untuk mengidentifikasi dan memahami variabel psikologis untuk penegakan diagnosis psikologis.
C. Fungsi Observasi
1.       Sebagai metode pembantu dalam penelitian yang bersifat eksploratif. Bila kita belum mengetahui sama sekali permasalahan, biasanya penelitian-penelitian pertama
dilakukan melalui pengamatan di tempat-tempat gejala terjadi.
2.       Sebagai metode pembantu dalam penelitian yang sifatnya sudah lebih mendalam. Dalam hal ini, biasanya observasi dijadikan sebagai metode pembantu untuk menunjang wawancara sebagai metode utama. Observasi akan membantu untuk mengontrol/memeriksa di lapangan, seberapa jauh hasil wawancara tersebut sesuai dengan fakta yang ada.
3.       Sebagai metode utama dalam penelitian. Penelitian-penelitian yang menyangkut tingkah laku bayi maupun hewan akan mempergunakan metode observasi.
D. Jenis- Jenis Observasi
Pada dasarnya penggolongan jenis obervasi tidak dapat dibuat secara mutlak karena antara jenis-jenis observasi besar kemungkinan akan terjadi tumpang tindih. Namun, untuk memudahkan para ilmuwan dalam melakukan observasi, maka dibuatlah penggolongan tersebut. Perbedaan jenis-jenis observasi lebih terletak pada gradasinya saja. Berdasarkan prosedur dan pelaksanaannya, Pauline Young membagi observasi menjadi 2 jenis, yaitu:
1.       Controlled Observation (observasi terstruktur)
Controlled observation (Observasi terstruktur) adalah suatu observasi yang prosedur dan pelaksanannya sangat ketat dan biasanya dibantu dengan alat- alat yang peka, dan dalam lembar observasinya dipergunakan proses kontrol yang memungkinkan observasi untuk dilakukan kembali. Oleh karena itu lembar observasinya biasanya sangat terperinci dan rancangannya sangat kompleks. Selain itu, biasanya sebelum observasi sesungguhnya dilakukan, terlebih dahulu diadakan simulasi-simulasi

2.       Uncontrolled Observastion (observasi tidak terstruktur)
Uncontrolled observation (observasi tidak terstruktur) diartikan sebagai suatu proses observasi yang dilakukan secara spontan terhadap suatu gejala tertentu tanpa mempergunakan alat-alat yang peka atau pengontrolan kembali atas ketajaman hasil observasi tadi. Lembar observasi sebagai pedoman pelaksanaan pun dibuat sangat sederhana, hanya berisi garis besar pedoman tanpa suatu rancangan yang kompleks. Berdasarkan hubungan antara observer dan gejala yang diobservasi, baik observasi terstruktur maupun yang tidak terstruktur dapat dibedakan menjadi observasi partisipan dan observasi nonpartisipan. Pada observasi partisipan, observer terlibat dengan situasi/lingkungan dimana gejala terjadi. Jadi, tidak ada jarak antara observer dengan gejala yang diobservasi. Sedangkan pada observasi nonpartisipan, observer memperlakukan dan mempersiapkan dirinya sedemikian rupa sehingga dirinya benar-benar berada “di luar” atau tidak terlibat dalam situasi, lingkungan, dan gejala yang diamati.
E. Keuntungan Metode Observasi
1.       Memungkinkan perekaman gejala-gejala pada waktu terjadinya/apa adanya.
2.       Dengan pengamatan langsung dapat mengetes kebenaran dan keyakinan peneliti, kebenaran data, dan menghapus keraguan adanya bias.
3.       Ada studi sosial/psikologis yang tidak mungkin menggunakan metode lain, Jadi metode observasi merupakan satu-satunya metode yang dapat dilakukan. Contohnya: meneliti tingkah laku hewan, anak-anak, bayi, orang yang terganggu jiwa, orang cacat mental.
4.       Observasi tidak tergantung pada kemauan objek yang diobservasi untuk melaporkan atau menceritakan pengalamannya. Misalnya: bila akan mengobservasi orang yang akan menempuh ujian, maka tidak perlu menanyakan apakah orang yang diobservasi bersedia atau tidak untuk diobservasi.
5.       Mampu memahami tingkah laku yang kompleks dan situasi yang rumit.
6.       Memperoleh gambaran berbagai tingkahlaku dalam waktu yang bersamaan.
F. Kelemahan Observasi
1.       Observasi sangat tergantung pada individu yang melakukan observasi. Terjadi Hallo Effect.Tanpa pengarahan yang terperinci akan diperoleh hasil yang sangat subjektif, dimana observer cenderung menilai seseorang dengan sikap menggeneralisasikan penilaian (positif atau negatif). Misalnya, jika kita menyukai seseorang, kita cenderung memberikan penilaian positif padanya, dan untuk seterusnya akan timbul kecenderungan memberikan penilaian positif. Demikian pula sebaliknya. Ada refleksi observer, yaitu ikut berpengaruhnya struktur kepribadian observer (berkaitan dengan latar belakang observer), yang tercermin dalam hasil observasinya terhadap orang yang diobservasi. Selain itu juga pengaruh pengalaman-pengalaman emosional dapat tampil dalam kegiatan observasi. Pengamatan bersifat selektif (berkaitan dengan keterbatasan penglihatan secara fisiologis, juga berkaitan dengan minat dimana observer cenderung mengamati hal-hal yang menonjol atau yang ingin diamati saja), Untuk mengatasi kelemahan ini bisa dilakukan cara-cara berikut:
1.       Merumuskan tujuan penelitian secara sangat terperinci dan menuangkannya ke dalam pola-pola tingkah laku yang akan diobservasi secara jelas dan tajam. Melakukan perekaman hasil observasi yang dibantu dengan alat-alat lain seperti kamera maupun audiovisual lainnya. Melakukan observasi dengan 2 observer atau lebih yang berbeda latar belakang, disiplin, maupun pendidikannya.Dalam melakukan observasi harus dilakukan prosedur kontrol yang teliti, misalnya harus diuraikan secara jelas apa yang harus diobservasi, bagaimana merekamnya, alat apa yang digunakan, dan bagaimana menulis laporannya. Keseluruhan prosedur kontrol itu adalah untuk menjamin agar observasi dapat diulang kembali.
2.       Observasi dipengaruhi oleh responden yang diamati. Jika responden yang diamati mengetahui bahwa dirinya sedang diobservasi, bisa terjadi Hawthorne Effect, yaitu suatu kecenderungan pada individu untuk mengatur tingkah lakunya agar tampak menjadi lebih baik, sehingga menjadi berbeda dari kondisi yang alamiah.
3.       Observasi bersifat terbatas (harus menunggu munculnya gejala yang akan diobservasi). Keterbatasan observasi, lebih-lebih observasi yang merupakan “observasi partisipasi” akan meminta observer untuk menunggu gejala-gejala yang akan diamati. Misalnya: kita akan mengobservasi ekspresi emosi anggota keluarga raja saat penguburan raja-raja di Tanah Toraja.
4.       Sebagai metode, observasi terbatas oleh kurun waktu. Misalnya untuk meneliti riwayat hidup seseorang.
5.       Observasi tidak mampu menjelaskan dinamika tingkah laku.Misalnya: meneliti orang marah, hanya melihat orang tersebut cemberut, wajah memerah, mata melotot, dsb, tapi tidak mengetahui mengapa ia marah.
6.       Observasi tidak mampu menggali ide, perasaan, sikap, dan tanggapan seseorang.
7.       Tidak banyak bidang yang dapat diteliti dengan menggunakan observasi sebagai metode utama.
8.       Jika menggunakan alat, maka kelemahannya adalah Biaya mahal. Tidak semua orang dapat menggunakan alat bantu (perlu keahlian khusus) serta Bisa menimbulkan kecurigaan dari responden perlu diantisipasi.

G. Syarat Observasi sebagai Metode Ilmiah
Untuk dapat menjadi suatu metode ilmiah, maka observasi harus memenuhi syarat sebagai
berikut:
1.       observasi harus dipergunakan dan dirumuskan menurut tujuan-tujuan penelitian tertentu (ada kerangka teori tertentu, ada perumusan permasalahan, ada teknik-teknik tertentu)
2.       observasi harus direncanakan secara sistematis observasi harus “dicatat” (direkam) secara sistematis sehingga hasilnya dapat dianalisis dan diinterpretasikan.
3.       observasi harus dapat diperiksa/diulang kembali (terutama validitas dan reliabilitasnya).
4.       observer harus objektif
5.       observer harus dapat memisahkan antara fakta dengan interpretasi (penafsiran)
6.       observer harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang apa yang akan diobservasi.
7.       observer harus menentukan tujuan observasi berikut aspek-aspeknya.
8.       observer harus memiliki kualitas pribadi seperti sabar, toleran, menyenangi tugasnya, mampu bekerja dengan waktu yang lama, mampu mengatasi perasaan, mempunyai rasa ingin tahu, dan mudah menyesuaikan diri. Perlu diperhatikan bahwa kita tidak boleh mengabaikan apa yang timbul pada waktu observasi dilaksanakan walaupun sesutau yang timbul itu tidak termasuk dalam rencana/rancangan. Jadi kita tidak boleh mengabaikan hal-hal yang timbul diluar rencana kita; kita tidak boleh terlalu kaku melaksanakan observasi yang sudah direncanakan.
H. Suasana Psikologis
Saat melakukan observasi biasanya ada suasana psikologis yang terjadi, baik pada observer maupun responden, yaitu:
1.       Pada Observer:
Gembira sekaligus cemas menghadapi hal baru. Stres, khawatir kehadirannya akan mempengaruhi apa yang akan diobservasi. Harus berperan serta sekaligus menarik diri agar mampu melihat persoalan.
2.       Pada Responden:
Bila merasa diamati/dievaluasi, responden jadi bertingkah laku tidak seperti biasa, menyesuaikan diri dengan norma observer. Feedback dari observer mungkin mempengaruhi cara responden bertingkah laku. Karena suasana psikologis bisa ikut mempengaruhi jalannya maupun hasil observasi, maka perlu diatasi, dengan cara: Observer harus terlebih dahulu mengenali tempat yang paling leluasa untuk melakukan observasi (misalnya kantin, perpustakaan, dsb). Observer harus datang lebih awal daripada responden dan tidak meninggalkan tempat sebelum kegiatan yang dilakukan responden selesai. Selain itu, perhatikan beberapa hal: Usahakan responden tidak tahu dirinya sedang diobservasi. Rumuskan apa yang akan diobservasi supaya observer tidak bingung. Hindari prasangka dan subjektivitas. Gunakan alat mencatat hasil observasi agar lancar (kecuali bila penelitian bersifat kualitatif murni, karena dalam penelitian kualitatif yang menjadi alat adalah si peneliti itu sendiri; si peneliti mengamati dan mencatat langsung apa pun yang terjadi). Lakukan penafsiran/interpretasi hanya bila observasi sudah selesai dilakukan. Lakukan prosedur kontrol yang teliti.
I. Penentuan Tujuan Observasi
Tujuan observasi harus bisa menggambarkan What, Who, Where, When, dan How.
1.       What: Apa yang akan diobservasi;
berkaitan dengan tingkah laku yang akan diamati dan dicatat oleh observer. Tingkah laku yang diamati adalah yang dapat didengar, dilihat, dihitung, dan diukur. Termasuk kedalam tingkah laku ini adalah tingkah laku verbal dan nonverbal. Tingkah laku verbal adalah tingkah laku yang berupa ungkapan kata-kata. Tingkah laku nonverbal meliputi tingkah laku statis dan dinamis. Tingkah laku statis (status present) adalah tingkah laku yang tidak mengalami perubahan dari waktu ke waktu dengan cepat. Tingkah laku statis ini meliputi:
- Keadaan fisik: bentuk/perawakan/proporsi tubuh
- Suara: warna/karakteristik suara
- Performance: cara berpakaian, cara menggunakan make- up, cara menata rambut, dsb.
- Tingkah laku dinamis adalah tingkah laku yang dapat berubah dari waktu ke waktu.Tingkah    laku ini meliputi:
- Ekspresi wajah
- Gerakan tubuh
- Gesture
- Posture
- Orientasi ruang
- Distance/jarak
- Nada suara (tekanan, volume) dan cara bicara (ritme)
Pencatatan tingkah laku mana saja yang diamati, bisa dikategorikan kedalam 2 jenis, yaitu:
1) Event sampling, yaitu hanya mengamati beberapa aspek tingkah laku pada suatu saat tertentu( tingkah laku tertentu saja). Misalnya seorang observer mencatat tingkah laku agresif seorang anak saat ia bemain dengan teman-temannya
2) Time sampling, yaitu mengamati dan mencatat apa saja yang dilakukan individu (tingkah laku yang muncul) dalam waktu / periode tertentu. Misalnya: dalam suatu kelompok bermain, seorang observer mengamati seorang anak selama lima menit dan mencatat tingkah laku apa saja yang dilakukannya.

2.       Who: Siapa yang diobservasi.
Misalnya seseorang/kelompok/hewan.

3.       Where: Di mana observasi akan berlangsung.
Hal ini berhubungan dengan derajat kontrol yang dilakukan observerdan situasi observasi (setting):
a)      Field setting/ natural setting: situasi alamiah, dilakukan di tempat individu biasanya berada, tanpa ada kontrol tertentu terhadap situasi tsb. Contohnya: pasien di RS, anak2 dikelompok bermain/ TK
b)      Simulated setting: situasi observasi bila individu mendapat suatu stimulasi / rangsangan untuk tingkah laku tertentu, misalnya situasi kerja atau situasi tes tidak sepenuhnya dikontrol
c)       Laboratory setting: observasi yg dilakukan dalam suatu labrotorium dengan kontrol situasi yg cukup ketat, contoh:  eksperimen Albert Bandura untuk mengetahui agresi anak2 TK

4.       When: Waktu observasi dilakukan dan waktu pencatatan.
Waktu observasi dilakukan, misalnya: siang, malam, setiap ½ jam, setiap 10 jam, dsb. Waktu pencatatan terbagi menjadi 2 jenis, yaitu:
a)      Pencatatan langsung (immediate recording), yaitu pencatatan dilakukan ketika atau segera setelah pengamatan berlangsung.
b)      Pencatatan retrospektif (retrospektif recording), yaitu pencatatan dilakukan setelah observasi selesai. Yang peru diperhatikan dalam pencatatan jenis ini adalah terjadinya faktor lupa.

5.       How: Bagaimana gejala ini diamati.
Hal ini berkaitan dengan teknik/cara pengambilandata, yaitu melalui observasi partisipasi atau observasi nonpartisipasi.
a)      Observasi partisipasi yaitu suatu cara observasi dimana observer turut serta dalam kegiatan yang diamati. Hal ini dilakukan untuk memperoleh data tingkah laku individu yang wajar, tidak dibuat-buat, tidak dilandasi perasaan curiga atau perasaan sedang diamati. Misalnya: observer turut bermain dengan anak-anak yang sedang diobservasi, atau observer ikut mengambil peranan sebagai pegawai di sebuah perusahaan yang sedang ia amati.
b)      Observasi nonpartisipasi, yaitu observer tidak ikut serta dalam kegiatan individu yang diobservasi. Observer benar-benar berperan sebagai penonton, pengamat, dan pencatat tingkah laku yang sedang diobservasi.

J. Penyusunan Lembar Observasi
Lembar Observasi adalah pedoman terperinci yang berisi langkah-langkah melakukan observasi, mulai dari perumusan masalah, kerangka teori untuk menjabarkan tingkah laku yang akan diobservasi, prosedur dan teknik perekaman, dan kriteria analisis dan interpretasi. Pelopor penyusunan lembar observasi untuk pengamatan tingkah laku adalah Dr. Dorothy Thomas dan Dr. Charlotte Buhler. Kedua tokoh ini menemukan cara mereka pada saat melakukan observasi dalam
setting situasi bermain anak-anak balita sewaktu mereka bertemu pertama kali di taman kanak-kanak. Untuk menyusun lembar observasi ini, langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai
berikut:
1.       Lakukan terlebih dahulu studi pendahuluan, dengan cara:
a)      Mengamati gejala (misalnya: tingkah laku, situasi perusahaan, dll) yang identik dengan gejala yang akan diamati.
b)      Mencoba menggolongkan penampilan/gejala
c)       Mencoba menuangkan butir a dan b dalam lembar rekaman observasi dengan format tertentu.
2.       Tentukan tujuan observasi secara jelas dan terperinci.
Tujuan mencakup:
What, Who, Where, When, dan How. (Tujuan telah dijelaskan secara rinci pada sub topik
terdahulu).
3.       Jabarkan secara tajam dan terperinci tujuan tersebut dalam elemen-elemen tingkah laku yang akan diobservasi.
4.       Rumuskan secara tajam kerangka teori yang menunjang penjabaran elemen-elemen tingkah laku tadi.
5.       Tuangkan elemen-elementingkah laku tersebut kedalam suatu lembar rekaman observasi (recording sheet), dengan sistem pencatatannya.
6.       Bila hasil observasi akan dijadikan data kuantitatif, tentukan terlebih dahulu kriteria, skor, dan elemen-elemen tingkah laku untuk analisis.
7.       Tentukan kerangka analisis secara teoritis untuk membantu interpretasi hasil observasi.
8.       Observasi dilakukan paling sedikit oleh 2 orang observer dengan catatan waktu, tanggal, dan tempat kejadian observasi.

Daftar pustaka