Tes – Tes untuk Populasi khusus
Tes
ini dikembangkan untuk orang-orang yang tidak bisa diuji dengan menggunakan
cara-cara yang biasa. Tes ini dilaksanakan secara individual.
Jenis-jenis tes populasi khusus:
1. Tes-tes
untuk tingkat bayi dan tingkat prasekolah
2. Tes-tes yang digunakan untuk penaksiran
komprehensif atas orang-orang yang mentalnya terbelakang
3. Tes-tes untuk orang dengan aneka ragam
kekurangan indrawi dan motorik
4. Tes-tes yang dirancang untuk digunakan
melintasi berbagai kultur atau subkultur
1.
Tes-tes
untuk tingkat bayi dan tingkat prasekolah
Kebanyakan
tes untuk anak-anak dibawah umur 6 tahun adalah tes kinerja atau tes lisan.
Sedikit tes saja yang menuntut pemakaian dasar kertas dan pensil. Dalam jenis
tes ini dibagi menjadi 2 tahapan yaitu lima tahun pertama masa bayi dan masa
prasekolah.
Tes yang
tersusun dengan amat baik untuk tingkat usia paling dini adalah skala Bayley
untuk perkembangan bayi. Skala-skala Bayley-II memberikan tiga alat
komplementer untuk menilai status perkembangan anak di antara usia 1 bulan-31/2
tahun adalah:
a. Mental scale
Skala
mental ini dapat diamati melalui ketajaman sensorik dan perceptual, memori,
proses belajar, pemecahan masalah, voklaisasi, permulaan komunikasi, verbal dan
pemikiran abstrak yang mendasar
b. Motor scale
Skala
ini melalui pengukuran kemampuan motorik misalnya duduk, berdiri, berjalan dan
menaiki tangga, seperti halnya juga keterampilan manipulasi tangan dan jari
c. Behavior rating scale
Skala
ini melalui perkembangan kepribadian seperti perilaku emosional dan social,
ketekunan dan keterarahan pada sasaran.
Skala-skala
McCarthy untuk kemampuan anak-anak pada tingkat prasekolah, skala ini dikenal
dengan McCharthy scales of childrens
abilities (MSCA-McCarthy, 1972) yang sesuai bagi anak-anak berumur antara 2
½ dan 8 ½ tahun. Skala ini terdiri dari 18 tes, tes-tes ini dikelompokkan ke
dalam 6 skala:
1. Verbal
2. Kinerja-perseptual
3. Kuantitatif
4. Kognitif umum
5. Memori
6. Motor
2.
Skala-skala Piagetian
Skala Piagetian itu mengandaikan urutan
seragam dari perkembangan melalui tahap-tahap berurutan. Untuk memberikan
kerangka teoritis yang berfokus pada urutan perkembangan dalam proses berpikir
dan prosedur penaksiran yang dicirikan oleh kelenturan dan interpretasi
kualitatif.
Tes
tersebut dapat diklarisifikasikan kedalam dua kategori:
a. Skala-skala ordinal untuk bayi
b. Tugas-tugas
yang dirancang untuk menilai pencapaian tahap-tahap praoperasional, konkret
operasional dan formal operasional
3. Mengetes penyandang cacat jasmani
Tiga
kategori utama yaitu:
a. Kerusakan pendengaran
Pengetesan anak-anak tuna rungu adalah sasaran
primer dalam pengembangan skala kinerja paling awal, seperti Pinther-Patherson Performance Scale dan Arthur Performance Scale. WISC-R Performance
Scale merupakan tes inteligensi yang digunakan untuk anak-anak dengan
kerusakan pendengaran.
b. Penglihatan
Tes-tes
lisan bisa dengan mudah digunakan untuk tunanetra. Selain tes lisan, teknik
pengetesan lainnya yang sesuai adalah tape
recorder. Tes College Board
Scholastic Assesment Test (SAT) juga tersedia dalam huruf braille. Tes
inteligensi umum yang telah diadaptasi untuk para tunanetra adalah tes Binet.
Untuk anak-anak kerusakan penglihatan dapat menggunakan tes terbaik yaitu Learning Aptitude Test (BLAT), adalah
tes yang diselenggarakan secara individual, yang memasukkan soal-soal yang
diadaptasi dari tes-tes lain, misalnya Ravens’s Progressive Matrices, dan
soal-soal nonverbal lain, serta mempresentasikannya dalam suatu formal yang
timbul.
c. Motorik
Ketidakmampuan motorik yang parah ditemukan
diantara orang-orang dengan cerebral palsy. Berbagai tes pada awalnya dirancang
untuk digunakan dalam pengetesan silang budaya, juga dapat diterapkan pada
orang-orang yang tidak mampu secara motorik.
Leiter Internasional Performance Scale
dan Porteus Mazes, sesuai untuk
anak-anak dengan cerebral palsy. Jenis tes lain yang memungkinkan adalah tes
kosakata bergambar dan tes Peabody
Picture Vocabulary Test yang terdiri dari rangkaian 175 piringan yang
masing-masing terdiri dari empat gambar
d. Pengetesan multicultural
Pendekatan
pada pengetesan lintas budaya:
·
Pendekatan
pertama
Menyangkut
pilihan soal yang umum bagi banyak budaya yang berbeda dan validasi tes yang
dihasilkan menurut kriteria local dalam banyak budaya yang berbeda
·
Pendekatan
kedua
Mengembangkan
tes dalam satu budaya dan menjalankan untuk orang dengan latar belakang budaya
yang berbeda. Yang bisa dipastikan dengan pendekatan ini adalah jarak cultural
antar kelompok-kelompok dan juga derajat akulturasi seseorang serta kesiapannya
untuk aktivitas pendidikan dan pekerjaan yang spesifik untuk budaya tertentu
·
Pendekatan
ketiga
Berbagai tes yang berbeda (adaptasi
substansial tes-tes yang ada) bisa dikembangkan dalam budaya, divalidasikan
menurut kriteria local dan digunakan hanya dalam budaya yang sesuai.
Tiap
tes diterapkan hanya dalam budaya dimana tes itu dikembangkan dan tak
diusahakan perbandingan lintas budaya apapun.
Daftar pustaka:
Anastasi, Anne & Urbina, Susana. (2007). Tes Psikologi (edisi ketujuh). Jakarta:
PT. Indeks